Jepret

Jepret
Hobby

Minggu, 14 Juni 2015

Pendidikan di Indonesia

Indonesia sudah kehilangan arah. Pendidikan di Indonesia dalam bentuk sekolah telah tercerabut dari akar kesejarahan sistem pendidikan nasional. Pendidikan di Indonesia sudah tidak lagi bertumpu pada nilai-nilai dasar pendidikan yang memerdekakan, pendidikan yang menyadarkan dan pendidikan yang memanusiakan manusia muda dan pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Pendidikan di Indonesia hanya berorientasi pasar.
Buktinya, pemerintah sekarang sedang menggalakkan pendidikan tingkat satuan pendidikan menengah atas berbasis kerja, yaitu sekolah menengah kejuruan (SMK). Pemerintah berencana akan mengubah pola pendidikan Indonesia dengan perbandingan 70% untuk SMK dan 30% untuk sekolah menengah atas (SMA). Lulusan SMA dalam pandangan pemerintah hanya menghasilkan lulusan tidak siap kerja kalau tidak mau disebut pengangguran. Maka, guna mengurangi angka pengangguran, pemerintah melakukan ‘terobosan’ dengan menciptakan SMK. Lulusan SMK dalam pandangan pemerintah lebih siap untuk bekerja dan mengurangi pengangguran.
Bukan fase bekerja
Pendidikan di Indonesia hanya dimaknai sebagai salah satu untuk mendapatkan pekerjaan agar tidak menjadi pengangguran (link and match). Padahal, link and match pernah dikritik Soetandyo Wignyosoebroto, Guru Besar Emeritus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Menurut Pak Tandyo–begitu orang menyapanya–sekolah itu bekal untuk menata hidup yang lebih baik. Bukan fase yang harus dilalui sebelum bekerja. Kalau konsepnya seperti itu, betapa sempitnya dunia pendidikan (Agus Wahyudi: 2006).
Kritikan Pak Tandyo itu cukup beralasan. Pendidikan bukan salah satu fase untuk bekerja. Pendidikan adalah proses hidup. Jadi pendidikan dalam bentuk sekolah bukan untuk bekerja. Maka dari itu, konsep pemerintah membangun SMK secara besar-besaran itu pada dasarnya menunjukkan pemerintah saat ini sudah keblinger. Salah jalur. Tidak tahu filosofi pendidikan.
Lebih dari itu, penyiapan tenaga kerja siap pakai ala SMK juga tidak sesuai dengan iklim Indonesia. Indonesia bukan negara industri yang membutuhkan banyak tenaga kerja siap pakai seperti Jepang. Indonesia masih menjadi negara agraris. Kalau toh kita akan menjadi negara industri, Indonesia sudah tidak lagi mempunyai sumber daya alam sebagai modal. Sumber daya alam Indonesia sudah dikeruk dan dikuras habis oleh korporasi internasional. Masyarakat Indonesia sekarang tinggal menunggu kehancuran bumi Indonesia. Hal itu karena daya isap korporasi tidak akan menyisakan sedikit pun sumber daya alam untuk masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia akan menjadi asing dan miskin di negerinya sendiri.
Tenaga kerja instan
Pembangunan sumber daya manusia melalui SMK dengan mengabaikan filosofi pendidikan hanya akan menghasilkan buruh-buruh yang keringat mereka diperas untuk memuaskan nafsu serakah korporasi internasional. Mereka hanya akan dibayar dengan upah murah. Sewaktu-waktu mereka dapat diberhentikan dengan paksa.
Apakah pemerintah sekarang sempat berpikir seperti itu? Tampaknya, pemerintah tidak memedulikan hal tersebut. Yang ada dalam otak pembuat kebijakan yang keliru itu adalah bagaimana mempersiapkan tenaga kerja instan (siap) kerja dalam waktu cepat sehingga kinerja pemerintahan dapat dinilai dengan nilai A. Pemerintah pun dapat mengklaim telah berhasil mengurangi jumlah pengangguran dan kemiskinan karena anak-anak orang miskin sekarang sudah sekolah di SMK dan siap bekerja dengan kemampuan dan keterampilan mereka.
Pemerintah lebih bangga melihat banyak masyarakat bekerja dengan ketidakberdayaan daripada melihat masyarakatnya mandiri karena mereka memiliki ilmu dan pengalaman yang memerdekakan.
Program pendidikan siap kerja melalui SMK merupakan program prestisius miskin strategi dan makna. Ia tidak ubahnya seperti program penggemukan sapi yang marak akhir-akhir ini di beberapa daerah. Sapi yang semula kecil diberi makan sebanyak mungkin, setelah itu sapi siap jual dengan harga tinggi.
Pemerintah dengan program itu hanya ingin menyombongkan diri dengan data statistik bawah periode pemerintahan kali ini telah berhasil membuat kebijakan yang dibutuhkan masyarakat, yaitu lulus langsung kerja. Padahal sebagaimana kita ketahui, data statistik selalu saja bisa ‘diperjualbelikan’ sesuai dengan keinginan penguasa.


Reseptif dan Produktif

PROSES BERBAHASA RESEPTIF-PRODUKTIF



Proses berbahasa Reseptif merupakan kegiatan penerimaan kode-kode bahasa yang disampaikan untuk kemudian dipahami penerima, proses penerimaan ini disebut juga dekode. Keterampilan berbahasa reseptif adalah membaca dan menyimak.. Proses decode dimulai dengan penerimaan unsur bunyi pada penerima (decode fonologi), kemudian proses pemahaman bunyi sebagai satuan gramatikal (decode gramatikal), dan diakhiri dengan pemahaman atas konsep yang dibawa oleh kode tersebut (decode semantik) diantara proses tersebut terdapat proses transmisi, yang bertugas mengubah kode tersebut menjadi kode bahasa, selain itu ada juga proses penyampaian pesan dari konsep tersebut yang sering disebut proses komunikasi. Proses tersebut terjadi pada otak penerima yang kemudian dekeluarkan oleh alat ucap manusi dalam bentuk bahasa. Dapat disimpulkan juga bahwa proses berbahasa reseptif diawali dari pemahaman untuk dijadikan pemahaman juga (bahasa).

Proses berbahasa produktif adalah peristiwa atau proses pelahiran kode bahasa bahasa. Proses berbahasa produktif itu sering juga disebut enkode. Proses produktif dimulai dengan tahap idealisasi yakni tahap kemunculan ide-ide atau gaga besan dalam pemikiran manusia, tahap kedua adalah tahap perancangan yaitu tahap pemilihan bentuk-bentuk bahasa sebagai wadah ide yang muncul pada tahap idealisasi selain itu tahap perancangan juga meliputi komponen bahasa yang lain. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan, pada tahap ini lahir kode verbal linguistik yang melahirkan ujaran. Jika lebih disederhanakan lagi maka proses berbahasa produktif dimulai dengan enkode semantik yakni tahap penyusunan ide  dan gagasan, tahap kedua yaitu dekode gramatikal yakni tahap penyusunan konsep dalam satuan gramatikal dan proses selanjutnya adalah dekode semantic yakni tahap pemahaman akan konsep-konsep dari ide dan gagasan yang dibawah oleh kode tersebut. Proses ini berlangsung dalam otak pendengar dan kemudian diproduksi oleh alat-alat bicara atu artikulasi.

Telaah Nilai Moral Terhadap Legenda Laowomaru

TELAAH NILAI MORAL TERHADAP CERITA RAKYAT NIAS LAOWÖMARU

*Yonifati Daeli, S.Pd.
**Dra. Rosmawati Harahap,M.Pd.,Ph.D.

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Univeritas Muslim Nusantara Al Washliyah

ABSTRAK

Masalah mendeskripsikan legenda dari Nias masih perlu dibahas karena peneliti ingin mengunkapkan kandungan nilai moralnya. Penggalian ceritanya disesuaikan dengan  konsep cerita rakyat. Kajian budaya atau cerita rakyat pada masa lampau sangat penting untuk dipelajari serta didalami. Informasi yang terkandung dalam cerita tersebut mengandung makna yang bisa memberikan manfaat bagi seorang peneliti, guru, dan anak didik. Setiap cerita rakyat dapat memberikan gambaran daerah tersebut baik secara historis budaya, kehidupan masyarakat, kemajuan daerah serta adat dan budayanya walauPUN hanya berupa sebuah legenda yang bisa didengar dari seorang penutur. Oleh karena cerita tersebut lahir langsung dari tengah masyakat yang sudah cukup lama dinostalgiakan kesaktiannya pada  masyarakat Nias. Silsilah Laowömaru adalah cucu dari Balugu Sirao. Sihoi yang diancam akan dibunuh, Laoŵömaru memberitahukan rahasia kekebalannya karena tipu muslihat yang diinterogasi melalui  istrinya yang membocorkan rahasia bahwa di kepalanya ada sembilan rambut kawat yang mirip jarum. Laowömaru  berkarakter lelaki baik dan bertanggungjawab, pemberani. Namun setelah rambut itu dicabut, barulah Laowömaru berhasil dikalahkan, dan akhirnya terbunuh. Padahal ia selalu memenangkan pertarungan terhadap kejahatan orang yang tidak menyetujui programnya antara lain (1) menjaga keberadaan pulau Nias dari penjarahan yang tidak bertanggungjawab, (2) menghalau penjarahan dengan tenaga sakti yang dimiliki, (3) hasil jarahan dari Nias dikembalikan di Pulau Nias,  (4) mempertahankan kesaktian Laowomaru hingga akhir hayatnya.  Karakter Laowöma yakni tangguh di segala bidang dan beretos kerja yang mandiri yang secara moral menjaga bangsa daerahnya menjadi makmur dan sejahtera. Implikasi legenda Laowamaru yaitu pengajaran untuk bisa berjuang dan tanggu mempertahankan kekayaan alam bangsa Indonesia dari rampasan atau penjarahan negara asing terhadap bangasa Indonesia.

Kata kunci: Laoŵömaru, legenda, nilai moral, tangguh, mandiri, menjaga kekayaan alam.

PENDAHULUAN
1.Permasalahan                                                                                                                    
Pulau Nias adalah pulau yang berada di pinggir pulau Sumatera yang jauh dari pusat Pemerintahan Republik Indonesia. Dengan kekayaan alamnya perlu dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat yang berdomisili di pulau Nias. Pemerintah sekarang sudah mulai menyadari kekayaan dalam itu masih menjadi dilemma untuk kemakmuran penduduk Nias. Oleh karena itu di sini dicari ide pemikiran bagaimana memanfaatkan tradisi kebudayaan alam Nias menjadi aset bangsa Indonesia. Masalah penelitian ini adalah tentang bagaimanakah deskripsi cerita Laowamaru di Nias. Penggalian ceritanya disesuaikan dengan  konsep cerita rakyat atau legenda.

2. Legenda Laowamaru sebagai Cerita Rakyat Nias
Cerita rakyat pada dasarnya telah diperoleh oleh seseorang pada saat mulai balita atau pada saat masih TK dan SD. Kentalnya cerita rakyat, baik itu dongeng, mite dan legenda disetiap pendengaran seorang anak.  Orang tua (leluhur) punya cerita tersendiri yang hendak diceritakan kepada seseorang anak yang secara tidak sengaja menjadi sebuah cerita yang turun-temurun akan menjadi bahan cerita dan melegenda kebeberapa keturunan. Emir dan Saifur (2015: 226) mengatakan, pada usia pra-sekolah secara tidak langsung sebenarnya sudah dikenalkan di lingkungan rumah oleh ibu/ayah tentang cerita rakyat (mite, legenda, atau dongeng) misalnya asal-usul suatu nama daerah, fenomena alam dan sebenarnya yang sebenarya itu adalah perkenalan awal sastra lisan.
            Pengaruh tersebut yang menjadi bahan pembicaraan kepada siapapun untuk diceritakan kepada orang lain dan tidak hanya dalam keluarga sendiri. Fenomena tersebut memberikan gambaran kepada kita dewasa ini, betapa dekatnya tuturan lisan suatu kejadian (cerita) pada masa dahulu kala yang menjadi satu-satunya perantara ilmu yang bisa dijadikan dongeng sampai detik ini. Jauh dari bahan tulisan (pulpen dan buku) bahkan memiliki komputerisasi menjadi media penyimpanan dan melukiskan sebuah cerita yang hendak diwariskan kepada generasi berikutnya. Ingatan itu sangat melekat setiap orang tua dahulu kala.
            Suatu kejadian alam yang dijadikan suatu dongeng atau legenda pada dasarnya mengandung unsur peristiwa yang sangat menarik untuk disimak. Emir dan Saifur (2015: 227) mengatakan, sastra lisan mengandung kekayaan nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kreatifitas masyarakat. Leluhur dahulu, berpikir barangkali hanya sebuah penamaan dan atau peristiwa belaka suatu kejadian tersebut, dan itu tidak bisa dipungkiri. Oleh karena, mereka hanya menamakan fenomena tersebut hanya sebuah kejadian pendahulu. Akan tetapi dewasa ini dongeng tersebut menjadi berkembang yang menjadikan sesuatu cerita rakyat tersebut menjadi penelitian bahkan penemuan baru yang sangat menunjang berkembangnya ilmu dan pengetahuan. Tidak sedikit dongeng tersebut menjadi situs yang bermanfaat untuk dikembangkan dan dipelajari, menjadi sesuatu temuan baru.
Banyak fenomena alam atau kejadian sebelumnya yang belum disentuh bahkan masih abu-abu pendapat para ahli. Artinya belum ada kepastian yang benar fenomena tersebut untuk apa dan bagaimana terjadinya. Kejadian yang sama dalam situs gua Laowömaru. Berbagai ahli telah meneliti dan meluangkan waktu untuk menelusuri lebih mendetail, secara ilmiah maupun profesional dari segi cerita rakyat yang telah melegenda dikalangan masyarakat Nias pada umumnya. Kepastian belum bisa dikatakan “final” oleh karena berbagai pembuktian-pembuktian yang secara mendetail belum bisa diterima oleh berbagai kalangan peneliti maupun tokoh masyarakat atau pemerhati situs bersejarah.
            Kelangsungan cerita rakyat Laowömaru pada dasarnya telah lama diketahui oleh masyarakat Nias secara umum. Sangat menarik dan bermafaat diketahui oleh seseorang baik dari anak kecil maupun orang dewasa. Cerita-cerita tersebut memiliki nilai-nilai tersendiri yang bisa dipetik dan dijadikan tauladan oleh seseorang. Walaupun cerita-cerita tersebut hanya diditurunkan kepada regerenrasi melalui lisan saja, akan tetapi memiliki daya tarik lebih khas bagi seseorang. Rafiek (2010:53) mengatakan bahwa, sastra lisan adalah karya yang penyebarannya disampaikan dari mulut-kemulut secara turun-temurun.
            Seorang pengamat sastra (analisis sastra) awam sudah pasti tahu, bila Laowömaru merupakan asli cerita yang mengandung nilai sejarah dan memiliki kekuatan (magic) walau hanya berupa sebuahLegenda yang bisa didengar dari seorang penutur. Oleh karena cerita tersebut lahir langsung dari tengah masyakat yang sudah cukup lama dinostalgiakan oleh leluhur. Endaswara dalam Rafiek (2010:53) mengatakan bahwa ciri-ciri sastra lisan itu adalah (1) lahir dari masyakat yang polos, belum melek huruf, dan bersifat tradisional; (2) menggambarkan budaya milik kolektif tertentu, yang tak jelas siapa penciptanya; (3) lebih menekankan aspek khayalan, ada sindiran, jenaka, dan pesan mendidik; (4) sering melukiskan tradisi kolektif tertentu.
            Pendapat tersebut bisa diartikan, bila pencerita pada Legenda dahulu kala benar tercipta dari cerita atas kejadian ataupun fenomena alam. Unsur-unsur yang terkandung pada sebuah Legenda tersebut dapat menggambarkan peristiwa budaya suatu daerah. Hampir suatu daerah memiliki cerita daerahnya masing-masing, berbagai filosofi yang bisa dijadikan gambaran kultur daerah itu sendiri. Apakah daerah tersebut sudah maju ketika sebuah cerita dituturkan oleh leluhur itu sendiri. Dan suatu daerah tersebut memiliki adat istiadat dan budaya yang sangat kental dengan kehidupan masyarakatnya.
            Legenda suatu kejadian dahulu kala mengandung makna tersendiri yang tersimpan pada umumnya. Baik dari segi perilaku, tutur, aktivitas, serta keberadaan sang tokoh pada cerita tersebut. Adanya nilai moral yang tersirat. Moral yang dimiliki oleh tokoh bisa dalam bentuk baik maupun buruk. Moral yang dimaksud menjadi daya tarik bagi seorang sastrwan untuk diteliti maupun sekedar memahami karakter-karakter yang masih belum ditemukan oleh seorang pencerita sekalipun. Sehingga jawaban-jawaban atas fenomena yang telah terjadi berpuluh tahun dapat ditemukan dan menjadi suatu jawaban sederhana.

3.Metode Penelitian
Menurut konsep kebudayaan maka para pakar tradisi seperti Sibarani (2009) menghimbau agar arsip budaya tradisi itu dimasyarakatkan melalui penelitian. Di sini dideskripsikan fungsi legende yang masih menjadi memori pada masyarakat Nias. Satu kisah legendaris Laowamaru akan diuraikan di sini berdasarkan analisis konten dan observasi kepada beberapa informan yang masih mengingat legende tersebut. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dibantu dengan alat catat dan rekaman.  Teknik pengumbulan data bersifat observasi dan tektik analisis datanya bersifat deskriptif.

PEMBAHASAN
1.      Nilai Moral
Pengertian nilai diacu  menurut KBBI (1988 : 615) Nilai adalah banyak sedikitnya isi; kadar; mutu. Purwadarmintta (1976 : 677) mengatakan, nilai mengandung arti harga (taksiran harga). Napitupala (1988 : 8) menyatakan, nilai mendatangkan kesenangan pada masa kini dan berlanjutan pada masa mendatang. Menurut Djahiri (1999) harga, makna, isi dan pesan, semangat atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta dan konsep,  dan teori, sehingga bermakna secara fungsional. Disini nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku. Berteus (2004: 87) “Menilai berarti menimbang suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan yang lain untuk selanjutnya diambil keputusan. Keputusan itu merupakan nilai yang mengatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, indah atau tidak indah.
          Pendidikan nilai adalah pendidikan yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai dari diri seseorang. Nilai yang dimiliki seseorang tersebut menggambarkan perilaku yang dimilikinya. Tidak bisa disembunyikan, oleh karena nilai-nilai tersebut jiwa yang tertanam dan tersimpan.
            Moral merupakan ukuran baik buruknya seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyakat dan warga negara. Atau bisa diartikan moral merupakan prinsip baik buruknya yang ada dan melekat dalam diri individu/seseorang. Walaupun moral itu berada dalam diri individu, tetapi moral berada dalam suatu sistem yang berwujud aturan. Konsep moral (moral knowing) mencakup kesadaran moral (moral awarness), pengetahuan nilai moral (knowing moral value), pandangan ke depan (perspective talking), penalaran moral (reasoning), pengambilan keputusan (decision making) dan pengetahuan diri (self knowledge).
            Sikap moral (moral feeling) mencakup kata hati (conscience), rasa percaya diri (self estern), empati (empaty), cinta kebaikan (loving the good), pengendalian diri (self control) dan kerendahan hati (and humanity). Perilaku moral (moral behavior) mencakup kemampuan (compalance), kemauan (will) dan kebiasaan (habbit).
            Berdasarkan uraian di muka, dapat disimpulkan bahwa pengertian moral/moralitas adalah suatu tuntutan perilaku yang baik yang dimiliki individu sebagai moralitas, yang tercermin dalam pemikiran/konsep, sikap dan tingkah laku.
 Macam-macam nilai yang  selalu dipertahankan dan dibudidayakan di tengah-tengah masyarakat, karena memiliki manfaat dalam pergaulan antar individu dalam masyarakat sehari-hari.
     Menurut Napitupulu (1998: 8) mengkategorikan nilai-nilai etika, keagamaan, sosial, budaya dan pendidikan.
a.  Nilai etika merupakan ajaran dan pedoman umum mengenai baik buruk.
b.  Nilai keagamaan merupakan hakikat dan nilai-nilai yang dimiliki dalam beribadah.
c.  Niali sosial merupakan hakikat mewujudkan keselarasan, penyesuaian terhadap lingkungan yang dianggap berguna.
d.  Nilai budaya.
e.  Nilai pendidikan adalah hakikat dan kelayakan yang dapat diwujudkan dalam masyarakat termasuk nilai ekonomi dan politik.

2.Unsur-Unsur Telaah Nilai Moral: Unsur Eksternal dan Internal
           Unsur eksternal terdapat sebagai bagian yang melingkupi konten legend Laowamaru.Dalam khazanah cerita rakyat Nias, cerita Labao Maros (versi Kusumadewi) atau Laubo Maros (versi Zwaan) atau Laowömaru (versi Chatelin) merupakan cerita berbentuk legenda (Zebua, 2010:158). Legenda (legend) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh sang empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi (Bascom, 1984:11; Danandjaja, 1984:66).
       Legenda tidak dianggap suci, ditokohi manusia yang adakalanya mempunyai sifat luar biasa, dan sering kali dibantu makhluk ajaib. Tempat terjadi legenda di dunia, seperti yang kita kenal kini, waktu terjadinya belum begitu lampau. Legenda sering dipandang sebagai sejarah kolektif atau sejarah masyarakat (folk history), walaupun mengalami distorsi karena sejarah itu tidak tertulis. Legenda dibedakan dengan mite.
Mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi para dewa atau makhluk setengah dewa. Mite terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan seperti yang kita kenal sekarang, terjadi pada masa lampau. Sedangkan dongeng (folktale) juga mirip mite, tetapi tidak dianggap benar-benar terjadi, serta tidak terikat oleh waktu dan tempat.
       Di pantai Timur Nias, tujuh kilometer dari Gunungsitoli ke arah Gidö, di Desa Fodo, terdapat Tögi Laowömaru. Gua (tögi) ini menyimpan kisah Laowömaru. Togi Laoŵömaru dipercaya sebagai orang kuat, kebal, memiliki öba (ilmu magik), dan berambut gondrong. Orang Nias masa kini lebih mengenal legenda Laoŵömaru versi Sundermann, ketimbang versi Chatelin ataupun Zwaan. Legenda versi Sundermann terdapat dalam Realiënboek.
       Pada hakikatnya, sastra lisan muncul lebih dulu daripada sastra tulisan (Sibarani, 2009). Oleh karena dahulu lebih dikenal adanya komunikasi antara suatu kelompok masyarakat itu sendiri. Komunikasi yang tercipta tersebut memberikan nilai yang sangat bermafaat, yakni adanya daya ingat yang lebih lama, oleh karena sastra tulis belum terlalu dikenal oleh leluhur.
       Tradisi lisan tersebut merupakan satu komunikasi yang sangat diterima di tengah pergaulan kelompok. Sehingga apapun pembicaraan yang tertuang dalam sebuah cerita rakyat yang telah dituangkan dalam bentuk tulisan dewasa ini merupakan hasil lisanan dahulu oleh leluhur. Emir dan Saifur (2015:229) mengatakan bahwa, tradisi lisan yang berbentuk murni lisan di dalamnya adalah (1) bahasa rakyat (folkspeech) seperti logat, julukan, pangkat tradisional dan gelar kebangsawanan; (2) ungkapan seperti peribahasa, pepatah, pameo; (3) pertanyaan tradisional (teka-teki); (4) puisi rakyat seperti pantun, gurindam dan syair; (5) cerita prosa rakyat seperti mite, legenda, hikayat, dan dongeng; dan (6) nyanyian rakyat.
       Tradisi yang diungkapkan oleh Emir dan Saifur merupakan gambaran dan kenyataan sampai pada saat ini bila mengunjungi suatu situs bersejarah. Hal yang sama juga terjadi pada cerita Hikayat Laowömaru, penulis (Angena’ö Zega) menggambarkan cerita tersebut dengan hasil tradisi lisan murni yang telah dituangkan dalam bentuk tulisan dalam bahasa Nias (Li Niha). Bila dipahami cara penulisan pengarang memberikan gambaran bila tutur (dialek) yang digunakan merupakan lisan dari Gunungsitoli dan sekitarnya. Sangat mudah dipahami dan dimengerti oleh seorang pembaca walaupun bahasa tersebut dibentuk dalam bahasa daerah Nias secara khusus.
       Kepiawaian seorang penulis legendaLaowömaru mencirminkan pengaruh yang sangat kuat terhadap karakteristik sang tokoh, yakni Laowömaru sendiri dan istrinya Sihoi. Komuniksi yang terjadi antara tokoh tersebut adalah hasil dialek masyrakat setempat. Walaupun kejadin legenda Laowömaru telah terjadi beratus tahun yang lalu, akan tetapi pendeskripsian cerita demi cerita sangat menarik untuk dipahami dan telaah lebih mendalam lagi.
       Legenda Laowömaru merupakan suatu kejadian yang diyakini oleh masyarakat Nias pada khususnya, bahwa dahulu pernah terjadi. Ristri (2014: 103) mengatakan bahwa, legenda adalah cerita yang menceritakan asal-usul terjadinya suatu tempat atau wilayah dan cerita tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai suatu cerita yang benar-benar terjadi. Dari pengertian legenda ini, berarti dapat dikatakan semua tempat atau wilayah Nusantara pasti mempunyai legenda. Contoh yang sangat dekat bila melihat legenda, yakni Legenda Danau Toba, Legenda Telaga Bidadari. Dan salah satu legenda yang sangat terkenal di Nias adalah Laowömaru. Tempat/lokasi gua Laowömaru sampai pada saat ini masih menyisakan misteri yang belum dipecahkan oleh berbagai penelitian, baik secara arkelog maupun secara sastra atau hasil dari cerita rakyat.
       Bila dilihat dari segi tulisan pengarang memberikan pendangan bahwa Laowömaru benar terjadi dahulu. Namun, pada saat ini yang bisa disaksikan bersama adalah tinggal alam yang terbentuk dari pantai dan bukit yang sering dikatakan masyakat setempat adalah guanya Laowömaru sendiri. Karya seorang pengarang tersebut ada benarnya bisa ditilik dari segi alamnya. Pengarang sanggup melukiskan kejadian dahulu kala. Wahyudi (2013: 41) mengatakan bahwa karya sastra tersebut tercipta berkat ide yang didapatkan dari alam semesta. Sastrawan akan menyampaikan apa yang berhasil diindra, ditanggapi, diingat, dan difantasikannya, melalui bahasa.
       Pandangan dari Wahyudi (2013) itu membenarkan bila alam sekitar adalah sumber imajinatif untuk dijadikan sebuah karangan menjadi sebuah hasil karya sastra yang sangat bermanfaat. Akan tetapi, bukan hanya penggambaran sesaat namun memiliki punya historikal sebuah fenomena alam tersebut untuk dijadikan sebuah cerita yang bermanfaat untuk diketahui oleh masyarakat banyak. Laowomaru benar berfungsi sebagai karangan rakyat Nias yang anonim.

Unsur Internal
       Karakter adalah bagian struktur internal dari sebuah legenda. Jadi legenda Laowomaru mempunyai tokoh cerita yang difokuskan kepada sifat-sifat pribadinya sebagai sosok manusia. Bila ditelaah dan dipahami lebih baik karakter dari Laowömaru ada dua yakni, bersifat baik yakni menghalau pencuri-pencuri yang datang di Pulau Nias yang telah mencuri kekayaan Nias tersebut, baik kekayaan emas, perak, dan hasil bumi Nias secara umumnya. Namun dari sudut keburukan tokoh adalah tidak pandang bulu baik tua mapun muda ketika Laowömaru telah murka (marah) maka Laowömaru membunuh dan meneggelamkan kapal-kapal yang berlayar tersebut.
        Niat baik yang tertanam dari Laowömaru sendiri memberikan sisi positif yang bisa dipetik untuk dijadikan teladan oleh banyak orang. Tidak sembarangan orang melakukan pencurian yang telah berlebihan. Bila diingat kembali kehidupan masyarakat Nias beberapa puluh tahun terakhir sangat miris dan memprihatikan. Jauh dari kehidupan selayaknya. Tingkat kemiskinan yang sangat tinggi dan tingkat keaksaraan yang sangat tinggi. Bangku pendidikan yang belum disentuh mewarnai kehidupan masyarakat Nias. Nilai ekonomi masyarakat tergolong sangat rendah. Secara pintas Harian Suara Yaahowu (tidak terbit lagi) no.4, 1 September 1996 tertuang 7 (tujuh) hal penyebab kemiskinan dan keterbelakangan pulau Nias, yakni (1) tingkat pendidikan masyarakat yang rata-rata rendah; (2) cara berpikir yang masih tradisional dan konservatif; (3) mentalitas dan etos kerja yang kurang baik; (4) keadan alam yang kurang mendukung; (5) keterisoliran secara geografis dari pusat; (6) tiadanya potensi dan produk andalan; (7) rendahnua kinerja dan budaya korup pemerintah daerah.
       Historikal tersebut terjadi ditahun 90-an, namun bila beberapa puluh tahun sebelumnya sangat mirisnya kehidupan masyakat di Nias tersebut. Akan tetapi pepatah mengatakan Sengsara membawa nikmat, gempa di tahun Maret 2005 yang meluluhlatahkan pulau Nias menjadi rata, ternyata membawa kemajuan tersendiri bagi kepulauan Nias secara menyeluruh dengan kehadiran Nias Goal On (NGO) di pulau Nias. Memberikan pencerahan yang baru sehingga wajah Nias menjadi berkembang dan semakin maju. Seiring dengan pemekaran Kabupaten dan Kota yang ada di Pulau Nias.
       Sejarah tersebut, tidak begitu adanya ketika tercipta adanya Laowömaru. Kekayaan Nias menjadi rebutan oleh bangsawan-bangsawan di luar pulau Nias. Baik penguasa di Nusantara ini maupun penguasa dan saudagar yang datang dari negeri tetangga. Penghasilan utama di kepulauan Nias yang potensial adalah karet dan kelapa. Target tersebut menjadi fokus utama oleh berbagai kalangan penguasa di luar Nias. Oleh Laowömaru tidak tega dan tidak ingin bila kekayaan Nias tersebut diambil dengan sendirinya oleh bangsa lain. Laowömaru sangat geram marah.
       Sisi kemanusiaanLaowömaru sangat melekat pada dirinya. Laowömaru dikenal memiliki kekuatan (Öba, magik) yakni, memiliki 9 helai rambut dikepalanya yang tidak pernah dicukur sebelumnya, dan tidak ditandingi oleh siapapun. Kekebalan yang dimiliki Laowömaru menjadi petuah bagi dirinya sendiri untuk melawan siapapun yang datang. Menjadi kekuatan tersendiri untuk melakukan apapun yang ia suka.
       Dengan kesaktiannya, Laowömaru pernah berusaha menarik gunung menyeberang laut [versi lain mengatakan, dia ingin menyatukan Pulau Nias dan Sumatera], tetapi usaha tersebut gagal. Sering Laoŵömaru diperangi oleh orang  pada masanya tetapi dia selalu menang. Barulah ketika istrinya yang bernama Sihoi diancam akan dibunuh, Laoŵömaru memberitahukan rahasia kekebalannya. Di kepalanya ada sembilan rambut kawat yang mirip jarum. Setelah rambut itu dicabut, barulah Laowömaru berhasil dikalahkan, dan akhirnya dibunuh.
       Istri Laowömaru terus memberi tahu kepada pemberontak tentang kesaktian daripada Laowömaru. Berbagai versi menyebutkan bahwa istri Laowömaru (Sihoi) mengalami penyiksaan daripada pemberontak. Sehingga pemberontak baru melepaskan dan tidak menyiksa istrinya bila Sihoi memberi tahu kekuatan yang dimiliki oleh Laowömaru. Cerita yang lain juga seperti di buku Alkitab Simson dan Delilah memiliki kesamaan karakter dengan Laowömaru dan Sihoi. Punya pandangan tersendiri bahwa, manusia dahulu kala erat kaitanya dengan sebuah keyakinan dan keajabain yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Punya kepercayaan yang magik, sehingga mereka memiliki kelebihan masing-masing.
       Sangat kagum bila sumua itu menjadi kenyataan disaat sekarang ini. Dan tidak bisa dikatakan tidak oleh karena semua adalah cipta Tuhan. Kehidupan manusia sekarang ini berbeda dari zaman beberapa puluh tahun bahkan ratusan tahun belakangan ini. Kehidupan modern membawa manusia terbawa dalam barbagai bayangan 100 tahun kedepan yang belum diterawang mata. Akan tetapi akal pikiran manusia telah menembus, tentang apa yang terjadi pada masa itu nantinya. Tidak heran bila dahulu kala mengandalkan keajaiban dan kekuatan magik yang selalu menopang kehidupan dan keberlangsungan aktifitas sehari-hari mereka. Fenomena alam membentuk karakter mereka menjadi lebih disiplin dan bermanfaat apapun yang mereka lakukan saat itu.
       Kehidupan legenda Laowömaru secara nyata memberikan pengaruh positif yang bisa dicontoh dari segi kebaikannya, yakni menolong orang sesama. Sangat prihatin keadaan masyarakat Nias disaat itu. Tidak pernah takut dan mengalah, dalam kondisi apapun. Mungkin ini adalah salah sifta masyakat Nias yang tertanam adalah “Aoha Mate Namoroi Aila” (lebih baik mati daripada malu).

3.Aspek Nilai
No.
Wujud Teks
Makna
Nilai Moral
Penokohan
1.





Ba tumbubadodoniawomba`agӧ niha moroisa saroumoloyo ba nasi si fasui TanӧNiha. (hal.28)

Menjaga keberadaan pulau Nias dari penjarahan yang tidak bertanggungjawab.
Tanggungjawab





Bertanggungjawab
(Laowӧmaru).




2.





Lӧ ara aefa walӧwa tohare sorabu moroisa. Ero tohare ituyu Laowӧmaru, ifazaumba ba nasi. (hal. 29)


Menghalau penjarahan dengan tenaga sakti yang dimiliki.
Tanggungjawab.


Berani.
(Laowӧmaru).

3.






Afoli Laowӧmaru wanofu-nofu wo’omonia andro afuriatania i’ombakha’ӧ rahasia wa’a bӧlӧ nia. So siwa rozi mbugu hulӧ kawe, naladӧni da’ӧ ataya wa’a bӧlӧgu. (hal. 30)
Menceritakan penyebab kesaktiannya kepada istrinya.
Kesetiaan suami pada istrinya.

Keterpaksaan
(Laowӧmaru).

4.






Fefu zoloyo ba nasi sifasui Danӧ Niha igohi ba irabu ana’a ba firӧ ba nowu soloyu ihalӧ ifa’anӧba rumbi. I’ohe ba dӧgi nia. Ba niha nitagö soloyo ifafuli’ö ba mbanua. (hal. 30)
Hasil jarahan dari Nias dikembalikan di Pulau Nias.
Tanggungjawab.

Bertanggungjawab
(Laowӧmaru).
5.






Menotera’u Laowӧmaru, laböbö zi zihoi. Ladodoni za’a danga ba za’a gahe. Lasofu mbörö wa ngabölö Laowӧmaru. Me tebai itaha sa’ae, i’ombakha’ö. (hal. 32)

Meno larongo da’ö ladöni mbu kawe Laowӧmaru.
Penyiksaan terhadap sihoi untuk menceritakan
Kurangnya kesetiaan Sihoi kepada suaminya.
Tersiksa
(Istri Laowӧmaru)

6.


Aefa da’ö latibo’ö ba dalu nasi. (hal. 32)
kesaktian suaminya.


Melepaskan kesaktian Laowomaru
Pasrah
Kesal
(Laowӧmaru)


A.      Sinopsis Legenda Laowömaru

          Laowömaru salah satu tempat rekreasi di daerah Gunungsitoli. Jarak Laowömaru dari Gunungsitoli kurang lebih 7 Km. Setiap hari libur tempat ini diramaikan oleh warga Kota Gunungsitoli untuk menghirup udara segar dan memandang lautan luas. Lokasi ini dekat jalan raya dan pantai yang indah. Kondisi inilah gaya tarik laowomaru selain setting dalam cerita legenda Laowömaru.
          Nias pada zaman dahulu memiliki putra legendaris bernama Laowömaru. Orang tua Laowömaru adalah Lahari Safusö kara dan ibunya bernama Iwo Watomasi. Lahari Safusö kara adalah anak dari Balugu Sirao. Dengan demikian Laowömaru adalah cucu dari Balugu Sirao.
          Pada zaman dahulu Laowömaru memiliki rambut kawat sembilan helai di kepalanya. Rambut ini telah ada sejak dia dalam kandungan. Rambut inilah yang menimbulkan kesaktian laowomaru.
          Pada saat dewasa Laowömaru berlayar mengelilingi Pulau Nias.Pada pelayarannya memerogoti pelayar-pelayar dari luar Nias yang mengambil emas, perak, dan hasil bumi Nias. Sejak itu Laowömaru berniat menghalau pelayar dari luar Nias. Dia tidak segan-segan merampas perahu yang berisi hasil kekayaan Nias.
          Laowömaru beristrikan gadis cantik bernama Sihoi. Setelah pernikahannya, datang perampas kekayaan Nias dengan membawa peralatan parang dan tombak. Pada saat itu Laowömaru menantang mereka dengan tenaga kesaktiannya. Akhirnya insiden itu berakhir denga kekalahan pihak gerombolan. Kemenangan Laowömaru pada insiden ini menjadi keheranan istrinya dan orang-orang lain di luar Pulau Nias.
          Kesaktian Laowömaru, Sihoi merayu suaminya untuk menceritakan kunci kesaktiannya. Beberapa hari kemudian Laowömaru menceritakan yakni di kepalanya ada rambut kawat sembilan helai. Rambut itu kalau dicabut hilang kesaktian Laowömaru.
          Pelayar-pelayar dari Pulau Nias yang berkeinginan mengambil kekayaan Nias. Mereka berembuk untuk mencelakakan atau membunuh Laowömaru yang sering menghalangi mereka ke Nias. Mereka menangkap Laowömaru. Kemudian dimasukkan ke dalam kerangkang besi dan di buang ke laut. Beberapa bulan kemudian kerangkangnya berkarat Laowömaru ke luar dan kembali ke guanya seperti biasa.
          Peristiwa Laowömaru belum mati, walaupun terendam beberapa bulan di dasar laut. Berita itu sampai kepada orang yang mencelakakannya. Timbul kekhawatiran yang amat sangat kalauLaowömaru balas dendam. Akhirnya pelayar-pelayar dari luar Pulau Nias berembuk untuk membunuh Laowömaru yang memiliki tenaga sakti.
          Pada hari yang ditentukan Laowömaru ditangkap beserta Sihoi. Laowömaru dimasukkan kedalam kerangkang besi dan sihoi diikat, disiksa, dicabut kuku tangan dan kaki agar menceritakan penyebab dan anti kesaktian Laowömaru. Tidak tahan dengan siksa, akhirnya membuka rahasia suaminya. Pedagang-pedagang yang tidak senang dengan Laowömaru melakukan petunjuk sihoi istri Laowömaru. Rambut Laowömaru dicabut maka serentak hilang kesaktiannya. Karena Laowömaru tidak sakti lagi maka akhirnya dibuang ke dasar lautan yang dalam. Sejak saat itu Laowömaru meninggal.
          Gua tempat persembunyian Laowömaru sampai sekarang warga Nias menamakan Degi Laowömaru. Di gua ini tersimpan benda-benda berharga milik Laowömaru. Lubangnya dalam dan gua itu cukup luas dan panjangnya lebih kurang 10 kilo meter.


PENUTUP

       Kiprah  legendaris Laowomaru di Nias antara lain (1) menjaga keberadaan kekayaan alam pulau Nias dari penjarahan yang tidak bertanggungjawab, (2) menghalau penjarahan dengan tenaga sakti yang dimiliki, (3) hasil jarahan dari Nias dikembalikan di Pulau Nias,  (4) mempertahankan kesaktian Laowomaru tetapi akhirnya mati juga. Nilai moral yang terdapat dalam  legende Laowömaru adalah nilai keadilan, membela rakyat. Laowömaru telah terjadi beratus tahun yang lalu. Menyisakan kepada kita berbagai kelebihan dan kekuatan keajaiban saat itu. Walau ini hanya cerita legenda semata, akan tetapi memiliki makna yang bisa diimplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ada kalanya bisa kita contoh, yakni bisa lebih peduli dengan daerah kita sendiri agar tidak sarat dengan penyamun dan pencuri-pencuri, dan mafia-mafia berdasi dewasa ini.
            Kita perlu melindungi daerah kita. Aset yang sangat penting pada suatu daerah, adalah kekayaan alam, tambang emas, batu bara, dan lain sebagainya yang menyangkut tentang alam. Kehidupan masyarakatnya merupakan aset yang sangat berharga, ilmu pengetahuan dan pendidikan, teknologi dan SDM masyarakat perlu dikembangkan dan tingkatkan. Sehingga sebuah daerah mengenyam pendidikan yang layak, lepas dari kemiskanan, memiliki pemerintah yang bisa dibanggakan di tengah masyarakat. Bangsa Indonesia  harus terlepas dari   kesengsaraan akibat ekonomi. Baik baik memelihara cerita legende suapaya bisa dijadikan wadah pariwisata yangdiharapkan mendukung pemasukan uang ke Nias karena orang luar bertangan ke Nias karena daya tariknya berdasarkan cerita rakyat.
            Pemuda merupakan generasi dan tunas baru yang harus ditempah menjadi pemimpin masa depan yang mempunyai kekuatan yang dianologikan seperti kekuatan moran Laowömaru yakni tangguh di segala bidang. Tidak diragukan bahkan memiliki etos kerja yang mandiri dan bisa diandalkan. Kita diberi beban menjaga bangsa ini, menjadi makmur dan sejahtera sehingga pada masa depan yang akan datang bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan intelektual.
            Wajar bila kita bermimpi seperti Laowömaru yang memiliki kekuatan magik (Ȏba). Itu adalah pemberian Tuhan yang Ilahi. Mengubah dunia seharusnya terlebih dulu kita mengubah diri sendiri, baru kepada keluarga, dan menuju pada masyakat. Cita-cita merupakan setinggi langit dan tidak bisa dipungkiri kemana arahnya. Oleh karena, semua itu merupakan pemberian yang kuasa dan kita hanya menerimanya sebagai mana manusia yang menumpang hidup di dunia ini.



RUJUKAN

Danandjaja, James. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. cet. 1, 1984
Grafiti Pers.
Emir, Rohman Saifur. Teori dan Pengajaran Sastra. 2015. Jakarta: Raja Grafindo.
Poerdarminta.Kamus Umum Bahasa Indonesia. 1976.  Balai Pustaka, Jakarta.
Rafiek. Teori Sastra. 2010. Malang: Refika Aditama.
Sibarani, Robert. 2009. Kearifan Lokal :Hakekat Peran Metode Penelitian Tradisi Lisan.Jakarta:ATL.
Siswanto, Wahyuni. Pengantar Teori Sastra. 2013 Malang: Aditya Media
Wahyuni, Ritri. Kitab Lengkap Puisi, Prosa, dan Pantun Lama. 2014. Jakarta: Saufa.
Zalukhu, Sukawati. 2011. Laowömaru Edisi Li Niha. Nias: Yayasan Gema Budaya Nias.
Zebua, A. Perihal Nias, unpublished, 1978.

WEB
Http://Www.niasonline.net /2009/02/06-faktor-faktor-penyebab-keterbelakangan-dan-kemiskinan-masyarakat-nias.diakses April 2015.