TELAAH NILAI MORAL TERHADAP CERITA RAKYAT NIAS LAOWÖMARU
*Yonifati Daeli, S.Pd.
**Dra. Rosmawati Harahap,M.Pd.,Ph.D.
Program Studi Pendidikan
Bahasa Indonesia Univeritas Muslim Nusantara Al Washliyah
ABSTRAK
Masalah mendeskripsikan legenda dari Nias masih perlu dibahas karena
peneliti ingin mengunkapkan kandungan nilai moralnya. Penggalian ceritanya
disesuaikan dengan konsep cerita rakyat.
Kajian budaya atau cerita rakyat pada masa lampau
sangat penting untuk dipelajari serta didalami. Informasi yang terkandung dalam
cerita tersebut mengandung makna yang bisa memberikan manfaat bagi seorang
peneliti, guru, dan anak didik. Setiap cerita rakyat dapat memberikan gambaran
daerah tersebut baik secara historis budaya, kehidupan masyarakat, kemajuan
daerah serta adat dan budayanya walauPUN hanya berupa sebuah legenda
yang bisa didengar dari seorang penutur. Oleh karena cerita tersebut lahir
langsung dari tengah masyakat yang sudah cukup lama dinostalgiakan kesaktiannya pada masyarakat Nias.
Silsilah Laowömaru adalah cucu dari Balugu Sirao. Sihoi yang diancam
akan dibunuh, Laoŵömaru memberitahukan rahasia kekebalannya karena tipu muslihat yang diinterogasi melalui istrinya yang membocorkan rahasia bahwa di kepalanya ada
sembilan rambut kawat yang mirip jarum. Laowömaru berkarakter lelaki baik dan bertanggungjawab, pemberani.
Namun setelah
rambut itu dicabut, barulah Laowömaru
berhasil dikalahkan, dan akhirnya terbunuh. Padahal ia selalu memenangkan pertarungan terhadap
kejahatan orang yang tidak menyetujui programnya antara lain (1) menjaga keberadaan pulau Nias dari penjarahan yang tidak bertanggungjawab,
(2) menghalau penjarahan dengan tenaga sakti yang dimiliki, (3) hasil jarahan dari Nias dikembalikan di Pulau Nias, (4) mempertahankan kesaktian Laowomaru hingga akhir hayatnya. Karakter Laowöma yakni tangguh di segala bidang dan beretos kerja
yang mandiri yang secara moral menjaga bangsa daerahnya menjadi makmur dan
sejahtera. Implikasi legenda Laowamaru
yaitu pengajaran untuk bisa berjuang dan tanggu mempertahankan kekayaan alam
bangsa Indonesia dari rampasan atau penjarahan negara asing terhadap bangasa
Indonesia.
Kata kunci: Laoŵömaru, legenda, nilai moral, tangguh, mandiri, menjaga kekayaan alam.
PENDAHULUAN
1.Permasalahan
Pulau Nias adalah pulau yang berada di pinggir pulau Sumatera
yang jauh dari pusat Pemerintahan Republik Indonesia. Dengan kekayaan alamnya
perlu dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat yang berdomisili di pulau Nias.
Pemerintah sekarang sudah mulai menyadari kekayaan dalam itu masih menjadi
dilemma untuk kemakmuran penduduk Nias. Oleh karena itu di sini dicari ide
pemikiran bagaimana memanfaatkan tradisi kebudayaan alam Nias menjadi aset
bangsa Indonesia. Masalah penelitian ini adalah tentang bagaimanakah deskripsi
cerita Laowamaru di Nias. Penggalian
ceritanya disesuaikan dengan konsep
cerita rakyat atau legenda.
2. Legenda Laowamaru sebagai Cerita Rakyat Nias
Cerita rakyat pada dasarnya telah
diperoleh oleh seseorang pada saat mulai balita atau pada saat masih TK dan SD.
Kentalnya cerita rakyat, baik itu dongeng, mite dan legenda disetiap
pendengaran seorang anak. Orang tua
(leluhur) punya cerita tersendiri yang hendak diceritakan kepada seseorang anak
yang secara tidak sengaja menjadi sebuah cerita yang turun-temurun akan menjadi
bahan cerita dan melegenda kebeberapa keturunan. Emir dan Saifur (2015: 226) mengatakan, pada usia pra-sekolah secara tidak
langsung sebenarnya sudah dikenalkan di lingkungan rumah oleh ibu/ayah tentang
cerita rakyat (mite, legenda, atau dongeng) misalnya asal-usul suatu nama
daerah, fenomena alam dan sebenarnya yang sebenarya itu adalah perkenalan awal
sastra lisan.
Pengaruh
tersebut yang menjadi bahan pembicaraan kepada siapapun
untuk diceritakan kepada orang lain dan tidak hanya dalam keluarga sendiri.
Fenomena tersebut memberikan gambaran kepada kita dewasa ini, betapa dekatnya
tuturan lisan suatu kejadian (cerita) pada masa dahulu kala yang menjadi
satu-satunya perantara ilmu yang bisa dijadikan dongeng sampai detik ini. Jauh
dari bahan tulisan (pulpen dan buku) bahkan memiliki komputerisasi menjadi
media penyimpanan dan melukiskan sebuah cerita yang hendak diwariskan kepada
generasi berikutnya. Ingatan itu sangat melekat setiap orang tua dahulu kala.
Suatu
kejadian alam yang dijadikan suatu dongeng atau legenda pada dasarnya
mengandung unsur peristiwa yang sangat menarik untuk disimak. Emir dan Saifur
(2015:
227) mengatakan, sastra lisan
mengandung kekayaan nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kreatifitas
masyarakat. Leluhur dahulu, berpikir barangkali hanya sebuah penamaan dan atau
peristiwa belaka suatu kejadian tersebut, dan itu tidak bisa dipungkiri. Oleh
karena, mereka hanya menamakan fenomena tersebut hanya sebuah kejadian
pendahulu. Akan tetapi dewasa ini dongeng tersebut menjadi berkembang yang
menjadikan sesuatu cerita rakyat tersebut menjadi penelitian bahkan penemuan
baru yang sangat menunjang berkembangnya ilmu dan pengetahuan. Tidak sedikit
dongeng tersebut menjadi situs yang bermanfaat untuk dikembangkan dan
dipelajari, menjadi sesuatu temuan baru.
Banyak fenomena alam atau kejadian sebelumnya yang
belum disentuh bahkan masih abu-abu pendapat para ahli. Artinya belum ada
kepastian yang benar fenomena tersebut untuk apa dan bagaimana terjadinya. Kejadian yang sama dalam situs gua Laowömaru. Berbagai ahli telah meneliti
dan meluangkan waktu untuk menelusuri lebih mendetail, secara ilmiah maupun
profesional dari segi cerita rakyat yang telah melegenda dikalangan masyarakat
Nias pada umumnya. Kepastian belum bisa dikatakan “final” oleh karena berbagai pembuktian-pembuktian yang secara
mendetail belum bisa diterima oleh berbagai kalangan peneliti maupun tokoh
masyarakat atau pemerhati situs bersejarah.
Kelangsungan
cerita rakyat Laowömaru pada dasarnya
telah lama diketahui oleh masyarakat Nias secara umum. Sangat menarik dan
bermafaat diketahui oleh seseorang baik dari anak kecil maupun orang dewasa.
Cerita-cerita tersebut memiliki nilai-nilai tersendiri yang bisa dipetik dan
dijadikan tauladan oleh seseorang. Walaupun cerita-cerita tersebut hanya
diditurunkan kepada regerenrasi melalui lisan saja, akan tetapi memiliki daya
tarik lebih khas bagi seseorang. Rafiek (2010:53) mengatakan bahwa, sastra
lisan adalah karya yang penyebarannya disampaikan dari mulut-kemulut secara turun-temurun.
Seorang
pengamat sastra (analisis sastra) awam sudah pasti tahu, bila Laowömaru merupakan asli cerita yang
mengandung nilai sejarah dan memiliki kekuatan (magic) walau hanya berupa sebuahLegenda yang bisa didengar
dari seorang penutur. Oleh karena cerita tersebut lahir langsung dari tengah
masyakat yang sudah cukup lama dinostalgiakan oleh leluhur. Endaswara dalam Rafiek
(2010:53) mengatakan bahwa ciri-ciri sastra lisan itu adalah (1) lahir dari
masyakat yang polos, belum melek huruf, dan bersifat tradisional; (2)
menggambarkan budaya milik kolektif tertentu, yang tak jelas siapa penciptanya;
(3) lebih menekankan aspek khayalan, ada sindiran, jenaka, dan pesan mendidik;
(4) sering melukiskan tradisi kolektif tertentu.
Pendapat
tersebut bisa diartikan, bila pencerita pada Legenda dahulu kala benar tercipta
dari cerita atas kejadian ataupun fenomena alam. Unsur-unsur yang terkandung
pada sebuah Legenda tersebut dapat menggambarkan peristiwa budaya suatu
daerah. Hampir suatu daerah memiliki cerita daerahnya masing-masing, berbagai
filosofi yang bisa dijadikan gambaran kultur daerah itu sendiri. Apakah daerah
tersebut sudah maju ketika sebuah cerita dituturkan oleh leluhur itu sendiri.
Dan suatu daerah tersebut memiliki adat istiadat dan budaya yang sangat kental
dengan kehidupan masyarakatnya.
Legenda
suatu kejadian dahulu kala mengandung makna tersendiri yang tersimpan pada
umumnya. Baik dari segi perilaku, tutur, aktivitas, serta keberadaan sang tokoh
pada cerita tersebut. Adanya nilai moral yang tersirat. Moral yang dimiliki
oleh tokoh bisa dalam bentuk baik maupun buruk. Moral yang dimaksud menjadi
daya tarik bagi seorang sastrwan untuk diteliti maupun sekedar memahami
karakter-karakter yang masih belum ditemukan oleh seorang pencerita sekalipun.
Sehingga jawaban-jawaban atas fenomena yang telah terjadi berpuluh tahun dapat
ditemukan dan menjadi suatu jawaban sederhana.
3.Metode Penelitian
Menurut
konsep kebudayaan maka para pakar tradisi seperti Sibarani (2009) menghimbau
agar arsip budaya tradisi itu dimasyarakatkan melalui penelitian. Di sini
dideskripsikan fungsi legende yang masih menjadi memori pada masyarakat Nias.
Satu kisah legendaris Laowamaru akan
diuraikan di sini berdasarkan analisis konten dan observasi kepada beberapa
informan yang masih mengingat legende tersebut. Instrumen penelitian ini adalah
peneliti sendiri yang dibantu dengan alat catat dan rekaman. Teknik pengumbulan data bersifat observasi
dan tektik analisis datanya bersifat deskriptif.
PEMBAHASAN
1.
Nilai Moral
Pengertian nilai diacu menurut KBBI (1988 : 615) Nilai adalah banyak sedikitnya isi;
kadar; mutu. Purwadarmintta (1976 : 677) mengatakan, nilai mengandung arti
harga (taksiran harga). Napitupala (1988 : 8) menyatakan, nilai mendatangkan
kesenangan pada masa kini dan berlanjutan pada masa mendatang. Menurut Djahiri
(1999) harga, makna, isi dan pesan, semangat atau jiwa yang tersurat dan
tersirat dalam fakta dan konsep, dan
teori, sehingga bermakna secara fungsional. Disini nilai difungsikan untuk mengarahkan,
mengendalikan dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar
perilaku. Berteus (2004: 87) “Menilai berarti menimbang suatu kegiatan manusia
untuk menghubungkan sesuatu dengan yang lain untuk selanjutnya diambil
keputusan. Keputusan itu merupakan nilai yang mengatakan berguna atau
tidak berguna, benar atau tidak benar, indah atau tidak indah.
Pendidikan
nilai adalah pendidikan yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan
nilai-nilai dari diri seseorang. Nilai yang dimiliki seseorang tersebut
menggambarkan perilaku yang dimilikinya. Tidak bisa disembunyikan, oleh karena
nilai-nilai tersebut jiwa yang tertanam dan tersimpan.
Moral
merupakan ukuran baik buruknya seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai
warga masyakat dan warga negara. Atau bisa diartikan moral merupakan prinsip
baik buruknya yang ada dan melekat dalam diri individu/seseorang. Walaupun
moral itu berada dalam diri individu, tetapi moral berada dalam suatu sistem
yang berwujud aturan. Konsep moral (moral
knowing) mencakup kesadaran moral (moral
awarness), pengetahuan nilai moral (knowing
moral value), pandangan ke depan (perspective
talking), penalaran moral (reasoning),
pengambilan keputusan (decision making)
dan pengetahuan diri (self knowledge).
Sikap
moral (moral feeling) mencakup kata
hati (conscience), rasa percaya diri
(self estern), empati (empaty), cinta kebaikan (loving the good), pengendalian diri (self control) dan kerendahan hati (and humanity). Perilaku moral (moral behavior) mencakup kemampuan (compalance), kemauan (will) dan kebiasaan (habbit).
Berdasarkan
uraian di muka, dapat disimpulkan bahwa pengertian moral/moralitas adalah suatu
tuntutan perilaku yang baik yang dimiliki individu sebagai moralitas, yang
tercermin dalam pemikiran/konsep, sikap dan tingkah laku.
Macam-macam nilai yang selalu dipertahankan dan dibudidayakan di tengah-tengah masyarakat,
karena memiliki manfaat dalam pergaulan antar individu dalam masyarakat
sehari-hari.
Menurut Napitupulu
(1998: 8) mengkategorikan nilai-nilai etika, keagamaan, sosial, budaya dan
pendidikan.
a. Nilai etika
merupakan ajaran dan pedoman umum mengenai baik buruk.
b. Nilai keagamaan merupakan hakikat dan
nilai-nilai yang dimiliki dalam beribadah.
c. Niali sosial merupakan
hakikat mewujudkan keselarasan, penyesuaian terhadap lingkungan yang dianggap
berguna.
d. Nilai budaya.
e. Nilai pendidikan adalah
hakikat dan kelayakan yang dapat diwujudkan dalam masyarakat termasuk nilai
ekonomi dan politik.
2.Unsur-Unsur
Telaah Nilai Moral: Unsur Eksternal dan Internal
Unsur eksternal terdapat sebagai bagian yang melingkupi konten legend Laowamaru.Dalam khazanah
cerita rakyat Nias, cerita Labao
Maros (versi Kusumadewi) atau Laubo Maros (versi Zwaan) atau Laowömaru (versi Chatelin) merupakan cerita berbentuk
legenda (Zebua, 2010:158). Legenda (legend) adalah cerita prosa rakyat
yang dianggap oleh sang empunya cerita sebagai suatu kejadian yang
sungguh-sungguh pernah terjadi (Bascom, 1984:11; Danandjaja, 1984:66).
Legenda
tidak dianggap suci, ditokohi manusia yang adakalanya mempunyai sifat luar
biasa, dan sering kali dibantu makhluk ajaib. Tempat terjadi legenda di dunia,
seperti yang kita kenal kini, waktu terjadinya belum begitu lampau. Legenda
sering dipandang sebagai sejarah kolektif atau sejarah masyarakat (folk
history), walaupun mengalami distorsi karena sejarah itu tidak tertulis.
Legenda dibedakan dengan mite.
Mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang
dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite
ditokohi para dewa atau makhluk setengah dewa. Mite terjadi di dunia lain, atau
di dunia yang bukan seperti yang kita kenal sekarang, terjadi pada masa lampau.
Sedangkan dongeng (folktale) juga mirip mite, tetapi tidak dianggap
benar-benar terjadi, serta tidak terikat oleh waktu dan tempat.
Di pantai Timur Nias, tujuh kilometer dari Gunungsitoli ke arah
Gidö, di Desa Fodo, terdapat Tögi Laowömaru. Gua (tögi) ini
menyimpan kisah Laowömaru. Togi Laoŵömaru dipercaya sebagai orang kuat, kebal, memiliki öba (ilmu
magik), dan berambut gondrong. Orang Nias masa kini lebih mengenal legenda Laoŵömaru versi Sundermann, ketimbang versi Chatelin
ataupun Zwaan. Legenda versi Sundermann terdapat dalam Realiënboek.
Pada
hakikatnya, sastra lisan muncul lebih dulu daripada sastra tulisan
(Sibarani,
2009). Oleh karena dahulu lebih dikenal adanya komunikasi
antara suatu kelompok masyarakat itu sendiri. Komunikasi yang tercipta tersebut
memberikan nilai yang sangat bermafaat, yakni adanya daya ingat yang lebih
lama, oleh karena sastra tulis belum terlalu dikenal oleh leluhur.
Tradisi
lisan tersebut merupakan satu komunikasi yang sangat diterima di tengah pergaulan kelompok. Sehingga apapun pembicaraan
yang tertuang dalam sebuah cerita rakyat yang telah dituangkan dalam bentuk
tulisan dewasa ini merupakan hasil lisanan dahulu oleh leluhur. Emir dan Saifur
(2015:229) mengatakan bahwa, tradisi lisan yang berbentuk murni lisan di
dalamnya adalah (1) bahasa rakyat (folkspeech)
seperti logat, julukan, pangkat tradisional dan gelar kebangsawanan; (2)
ungkapan seperti peribahasa, pepatah, pameo; (3) pertanyaan tradisional
(teka-teki); (4) puisi rakyat seperti pantun, gurindam dan syair; (5) cerita
prosa rakyat seperti mite, legenda, hikayat, dan dongeng; dan (6) nyanyian
rakyat.
Tradisi
yang diungkapkan oleh Emir dan Saifur merupakan gambaran dan kenyataan sampai
pada saat ini bila mengunjungi suatu situs bersejarah. Hal yang sama juga
terjadi pada cerita Hikayat Laowömaru, penulis (Angena’ö Zega) menggambarkan
cerita tersebut dengan hasil tradisi lisan murni yang telah dituangkan dalam
bentuk tulisan dalam bahasa Nias (Li Niha).
Bila dipahami cara penulisan pengarang memberikan gambaran bila tutur (dialek)
yang digunakan merupakan lisan dari Gunungsitoli dan sekitarnya. Sangat mudah
dipahami dan dimengerti oleh seorang pembaca walaupun bahasa tersebut dibentuk
dalam bahasa daerah Nias secara khusus.
Kepiawaian
seorang penulis legendaLaowömaru mencirminkan pengaruh yang sangat kuat
terhadap karakteristik sang tokoh, yakni Laowömaru sendiri dan istrinya Sihoi.
Komuniksi yang terjadi antara tokoh tersebut adalah hasil dialek masyrakat
setempat. Walaupun kejadin legenda Laowömaru
telah terjadi beratus tahun yang lalu, akan tetapi pendeskripsian cerita demi
cerita sangat menarik untuk dipahami dan telaah lebih mendalam lagi.
Legenda
Laowömaru merupakan suatu kejadian yang diyakini oleh masyarakat Nias pada
khususnya, bahwa dahulu pernah terjadi. Ristri (2014: 103) mengatakan bahwa,
legenda adalah cerita yang menceritakan asal-usul terjadinya suatu tempat atau
wilayah dan cerita tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai suatu cerita yang
benar-benar terjadi. Dari pengertian legenda ini, berarti dapat dikatakan semua
tempat atau wilayah Nusantara pasti mempunyai legenda. Contoh yang sangat dekat
bila melihat legenda, yakni Legenda Danau Toba, Legenda Telaga Bidadari. Dan
salah satu legenda yang sangat terkenal di Nias adalah Laowömaru. Tempat/lokasi
gua Laowömaru sampai pada saat ini
masih menyisakan misteri yang belum dipecahkan oleh berbagai penelitian, baik
secara arkelog maupun secara sastra atau hasil dari cerita rakyat.
Bila
dilihat dari segi tulisan pengarang memberikan pendangan bahwa Laowömaru benar terjadi dahulu. Namun,
pada saat ini yang bisa disaksikan bersama adalah tinggal alam yang terbentuk
dari pantai dan bukit yang sering dikatakan masyakat setempat adalah guanya Laowömaru sendiri. Karya seorang
pengarang tersebut ada benarnya bisa ditilik dari segi alamnya. Pengarang
sanggup melukiskan kejadian dahulu kala. Wahyudi (2013: 41) mengatakan bahwa karya sastra tersebut tercipta berkat ide yang didapatkan dari alam
semesta. Sastrawan akan menyampaikan apa yang berhasil diindra, ditanggapi,
diingat, dan difantasikannya, melalui bahasa.
Pandangan
dari Wahyudi (2013) itu membenarkan
bila alam sekitar adalah sumber imajinatif untuk dijadikan sebuah karangan
menjadi sebuah hasil karya sastra yang sangat bermanfaat. Akan tetapi, bukan
hanya penggambaran sesaat namun memiliki punya historikal sebuah fenomena alam
tersebut untuk dijadikan sebuah cerita yang bermanfaat untuk diketahui oleh
masyarakat banyak. Laowomaru benar berfungsi sebagai karangan rakyat Nias yang anonim.
Unsur
Internal
Karakter adalah bagian
struktur internal dari sebuah legenda. Jadi legenda Laowomaru mempunyai tokoh cerita yang difokuskan kepada sifat-sifat
pribadinya sebagai sosok manusia. Bila ditelaah dan dipahami lebih baik karakter dari Laowömaru ada dua yakni, bersifat baik yakni menghalau
pencuri-pencuri yang datang di Pulau Nias yang telah mencuri kekayaan Nias
tersebut, baik kekayaan emas, perak, dan hasil bumi Nias secara umumnya. Namun
dari sudut keburukan tokoh adalah tidak pandang bulu baik tua mapun muda ketika
Laowömaru telah murka (marah) maka Laowömaru membunuh dan meneggelamkan
kapal-kapal yang berlayar tersebut.
Niat baik yang tertanam dari Laowömaru sendiri
memberikan sisi positif yang bisa dipetik untuk dijadikan teladan oleh banyak
orang. Tidak sembarangan orang melakukan pencurian yang telah berlebihan. Bila
diingat kembali kehidupan masyarakat Nias beberapa puluh tahun terakhir sangat
miris dan memprihatikan. Jauh dari kehidupan selayaknya. Tingkat kemiskinan
yang sangat tinggi dan tingkat keaksaraan yang sangat tinggi. Bangku pendidikan
yang belum disentuh mewarnai kehidupan masyarakat Nias. Nilai ekonomi masyarakat tergolong sangat rendah.
Secara pintas Harian Suara
Yaahowu (tidak terbit lagi) no.4, 1
September 1996 tertuang 7 (tujuh) hal penyebab kemiskinan dan keterbelakangan
pulau Nias, yakni (1) tingkat pendidikan masyarakat yang rata-rata rendah; (2)
cara berpikir yang masih tradisional dan konservatif; (3) mentalitas dan etos
kerja yang kurang baik; (4) keadan alam yang kurang mendukung; (5)
keterisoliran secara geografis dari pusat; (6) tiadanya potensi dan produk
andalan; (7) rendahnua kinerja dan budaya korup pemerintah daerah.
Historikal
tersebut terjadi ditahun 90-an, namun
bila beberapa puluh tahun sebelumnya sangat mirisnya kehidupan masyakat di Nias
tersebut. Akan tetapi pepatah mengatakan Sengsara
membawa nikmat, gempa di tahun Maret 2005 yang meluluhlatahkan pulau Nias
menjadi rata, ternyata membawa kemajuan tersendiri bagi kepulauan Nias secara
menyeluruh dengan kehadiran Nias Goal On (NGO) di pulau
Nias. Memberikan pencerahan yang baru sehingga wajah Nias menjadi berkembang
dan semakin maju. Seiring dengan pemekaran Kabupaten dan Kota yang ada di Pulau
Nias.
Sejarah
tersebut, tidak begitu adanya ketika tercipta adanya Laowömaru. Kekayaan Nias
menjadi rebutan oleh bangsawan-bangsawan di luar pulau Nias. Baik penguasa di
Nusantara ini maupun penguasa dan saudagar yang datang dari negeri tetangga.
Penghasilan utama di kepulauan Nias yang potensial adalah karet dan kelapa.
Target tersebut menjadi fokus utama oleh berbagai kalangan penguasa di luar Nias. Oleh Laowömaru
tidak tega dan tidak ingin bila kekayaan Nias tersebut diambil dengan
sendirinya oleh bangsa lain. Laowömaru
sangat geram marah.
Sisi
kemanusiaanLaowömaru sangat melekat pada dirinya. Laowömaru dikenal memiliki
kekuatan (Öba, magik) yakni, memiliki 9 helai rambut dikepalanya yang tidak
pernah dicukur sebelumnya, dan tidak ditandingi oleh siapapun. Kekebalan yang
dimiliki Laowömaru menjadi petuah bagi dirinya sendiri untuk melawan siapapun
yang datang. Menjadi kekuatan tersendiri untuk melakukan apapun yang ia suka.
Dengan
kesaktiannya, Laowömaru pernah berusaha menarik gunung menyeberang laut [versi
lain mengatakan, dia ingin menyatukan Pulau Nias dan Sumatera], tetapi usaha
tersebut gagal. Sering Laoŵömaru
diperangi oleh orang pada masanya tetapi dia selalu
menang. Barulah ketika istrinya yang bernama Sihoi diancam akan dibunuh, Laoŵömaru memberitahukan rahasia
kekebalannya. Di kepalanya ada sembilan rambut kawat yang mirip jarum. Setelah rambut
itu dicabut, barulah Laowömaru
berhasil dikalahkan, dan akhirnya dibunuh.
Istri
Laowömaru terus memberi tahu kepada pemberontak tentang kesaktian daripada
Laowömaru. Berbagai versi menyebutkan bahwa istri Laowömaru (Sihoi) mengalami penyiksaan daripada pemberontak.
Sehingga pemberontak baru melepaskan dan tidak menyiksa istrinya bila Sihoi memberi tahu kekuatan yang
dimiliki oleh Laowömaru. Cerita yang
lain juga seperti di buku Alkitab Simson dan Delilah memiliki kesamaan karakter
dengan Laowömaru dan Sihoi. Punya pandangan tersendiri bahwa, manusia dahulu
kala erat kaitanya dengan sebuah keyakinan dan keajabain yang dimiliki oleh
manusia itu sendiri. Punya kepercayaan yang magik, sehingga mereka memiliki
kelebihan masing-masing.
Sangat kagum bila sumua itu menjadi
kenyataan disaat sekarang ini. Dan tidak bisa dikatakan tidak oleh karena semua
adalah cipta Tuhan. Kehidupan manusia sekarang ini berbeda dari zaman beberapa
puluh tahun bahkan ratusan tahun belakangan ini. Kehidupan modern membawa
manusia terbawa dalam barbagai bayangan 100 tahun kedepan yang belum diterawang
mata. Akan tetapi akal pikiran manusia telah menembus, tentang apa yang terjadi
pada masa itu nantinya. Tidak heran bila dahulu kala mengandalkan keajaiban dan
kekuatan magik yang selalu menopang kehidupan dan keberlangsungan aktifitas
sehari-hari mereka. Fenomena alam membentuk karakter mereka menjadi lebih
disiplin dan bermanfaat apapun yang mereka lakukan saat itu.
Kehidupan
legenda Laowömaru
secara nyata memberikan pengaruh positif yang bisa dicontoh dari segi kebaikannya,
yakni menolong orang sesama. Sangat prihatin keadaan masyarakat Nias disaat
itu. Tidak pernah takut dan mengalah, dalam kondisi apapun. Mungkin ini adalah
salah sifta masyakat Nias yang tertanam adalah “Aoha Mate Namoroi Aila” (lebih baik mati daripada malu).
3.Aspek Nilai
No.
|
Wujud Teks
|
Makna
|
Nilai Moral
|
Penokohan
|
1.
|
Ba tumbubadodoniawomba`agӧ niha moroisa saroumoloyo
ba nasi si fasui TanӧNiha. (hal.28)
|
Menjaga keberadaan pulau Nias dari penjarahan yang tidak
bertanggungjawab.
|
Tanggungjawab
|
Bertanggungjawab
(Laowӧmaru).
|
2.
|
Lӧ ara aefa
walӧwa tohare sorabu moroisa. Ero tohare ituyu Laowӧmaru, ifazaumba ba
nasi. (hal. 29)
|
Menghalau penjarahan dengan tenaga sakti yang dimiliki.
|
Tanggungjawab.
|
Berani.
(Laowӧmaru).
|
3.
|
Afoli Laowӧmaru
wanofu-nofu wo’omonia andro afuriatania i’ombakha’ӧ rahasia wa’a bӧlӧ nia. So
siwa rozi mbugu hulӧ kawe, naladӧni da’ӧ ataya wa’a bӧlӧgu. (hal. 30)
|
Menceritakan penyebab kesaktiannya kepada istrinya.
|
Kesetiaan suami pada istrinya.
|
Keterpaksaan
(Laowӧmaru).
|
4.
|
Fefu zoloyo
ba nasi sifasui Danӧ Niha igohi ba irabu ana’a ba firӧ ba nowu soloyu ihalӧ
ifa’anӧba rumbi. I’ohe ba dӧgi nia. Ba niha nitagö soloyo ifafuli’ö ba mbanua. (hal.
30)
|
Hasil jarahan dari Nias dikembalikan di Pulau Nias.
|
Tanggungjawab.
|
Bertanggungjawab
(Laowӧmaru).
|
5.
|
Menotera’u Laowӧmaru, laböbö
zi zihoi. Ladodoni za’a danga ba za’a gahe. Lasofu mbörö wa ngabölö Laowӧmaru. Me
tebai itaha sa’ae, i’ombakha’ö. (hal. 32)
Meno larongo
da’ö ladöni mbu kawe Laowӧmaru.
|
Penyiksaan terhadap sihoi untuk
menceritakan
|
Kurangnya kesetiaan Sihoi kepada suaminya.
|
Tersiksa
(Istri Laowӧmaru)
|
6.
|
Aefa da’ö
latibo’ö ba dalu nasi. (hal. 32)
|
kesaktian suaminya.
Melepaskan kesaktian Laowomaru
|
Pasrah
|
Kesal
(Laowӧmaru)
|
A. Sinopsis Legenda Laowömaru
Laowömaru salah satu tempat rekreasi
di daerah Gunungsitoli. Jarak Laowömaru dari Gunungsitoli kurang
lebih 7 Km. Setiap hari libur tempat ini diramaikan oleh warga Kota
Gunungsitoli untuk menghirup udara segar dan memandang lautan luas. Lokasi ini
dekat jalan raya dan pantai yang indah. Kondisi inilah gaya tarik laowomaru
selain setting dalam cerita legenda Laowömaru.
Nias
pada zaman dahulu memiliki putra legendaris bernama Laowömaru. Orang tua Laowömaru adalah Lahari Safusö kara
dan ibunya bernama Iwo Watomasi. Lahari
Safusö kara adalah anak dari Balugu
Sirao. Dengan demikian Laowömaru adalah cucu dari Balugu Sirao.
Pada
zaman dahulu Laowömaru memiliki rambut kawat sembilan
helai di kepalanya. Rambut ini telah ada sejak dia dalam kandungan. Rambut
inilah yang menimbulkan kesaktian laowomaru.
Pada
saat dewasa Laowömaru berlayar mengelilingi Pulau
Nias.Pada pelayarannya memerogoti pelayar-pelayar dari luar Nias yang mengambil
emas, perak, dan hasil bumi Nias. Sejak itu Laowömaru berniat menghalau pelayar
dari luar Nias. Dia tidak segan-segan merampas perahu yang berisi hasil
kekayaan Nias.
Laowömaru beristrikan gadis cantik
bernama Sihoi. Setelah pernikahannya, datang perampas kekayaan Nias dengan
membawa peralatan parang dan tombak. Pada saat itu Laowömaru menantang mereka dengan
tenaga kesaktiannya. Akhirnya insiden itu berakhir denga kekalahan pihak
gerombolan. Kemenangan Laowömaru pada insiden ini menjadi keheranan istrinya
dan orang-orang lain di luar Pulau Nias.
Kesaktian
Laowömaru, Sihoi merayu suaminya untuk menceritakan kunci kesaktiannya. Beberapa
hari kemudian Laowömaru menceritakan yakni di kepalanya ada rambut kawat sembilan helai.
Rambut itu kalau dicabut hilang kesaktian Laowömaru.
Pelayar-pelayar
dari Pulau Nias yang berkeinginan mengambil kekayaan Nias. Mereka berembuk
untuk mencelakakan atau membunuh Laowömaru yang sering menghalangi
mereka ke Nias. Mereka menangkap Laowömaru. Kemudian dimasukkan ke
dalam kerangkang besi dan di buang ke laut. Beberapa bulan kemudian
kerangkangnya berkarat Laowömaru ke luar dan kembali ke guanya seperti biasa.
Peristiwa
Laowömaru belum mati, walaupun terendam beberapa bulan di dasar laut. Berita itu
sampai kepada orang yang mencelakakannya. Timbul kekhawatiran yang amat sangat
kalauLaowömaru balas dendam. Akhirnya pelayar-pelayar dari luar Pulau Nias berembuk
untuk membunuh Laowömaru yang memiliki tenaga sakti.
Pada
hari yang ditentukan Laowömaru ditangkap beserta Sihoi. Laowömaru dimasukkan kedalam
kerangkang besi dan sihoi diikat, disiksa, dicabut kuku tangan dan kaki agar
menceritakan penyebab dan anti kesaktian Laowömaru. Tidak tahan dengan siksa,
akhirnya membuka rahasia suaminya. Pedagang-pedagang yang tidak senang dengan Laowömaru melakukan petunjuk sihoi
istri Laowömaru. Rambut Laowömaru dicabut maka serentak hilang kesaktiannya. Karena Laowömaru tidak sakti lagi maka
akhirnya dibuang ke dasar lautan yang dalam. Sejak saat itu Laowömaru meninggal.
Gua
tempat persembunyian Laowömaru sampai sekarang warga Nias
menamakan Degi Laowömaru. Di gua ini tersimpan
benda-benda berharga milik Laowömaru. Lubangnya dalam dan gua itu cukup luas dan
panjangnya lebih kurang 10 kilo meter.
PENUTUP
Kiprah
legendaris Laowomaru di Nias
antara lain (1) menjaga keberadaan kekayaan alam pulau Nias dari penjarahan yang tidak
bertanggungjawab, (2) menghalau penjarahan dengan tenaga
sakti yang dimiliki, (3) hasil jarahan dari Nias dikembalikan di Pulau
Nias, (4) mempertahankan kesaktian Laowomaru tetapi akhirnya mati juga.
Nilai moral yang terdapat dalam legende Laowömaru adalah nilai keadilan, membela
rakyat. Laowömaru telah terjadi beratus tahun yang lalu. Menyisakan
kepada kita berbagai kelebihan dan kekuatan keajaiban saat itu. Walau ini hanya
cerita legenda semata, akan tetapi memiliki makna yang bisa diimplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Ada kalanya bisa kita contoh, yakni bisa lebih peduli dengan
daerah kita sendiri agar tidak sarat dengan penyamun dan pencuri-pencuri, dan
mafia-mafia berdasi dewasa ini.
Kita
perlu melindungi daerah kita. Aset yang sangat penting pada suatu daerah,
adalah kekayaan alam, tambang emas, batu bara, dan lain sebagainya yang
menyangkut tentang alam. Kehidupan masyarakatnya merupakan aset yang sangat
berharga, ilmu pengetahuan dan pendidikan, teknologi dan SDM masyarakat perlu
dikembangkan dan tingkatkan. Sehingga sebuah daerah mengenyam pendidikan yang
layak, lepas dari kemiskanan, memiliki pemerintah yang bisa dibanggakan di tengah
masyarakat. Bangsa Indonesia harus terlepas
dari kesengsaraan akibat ekonomi. Baik baik
memelihara cerita legende suapaya bisa dijadikan wadah pariwisata
yangdiharapkan mendukung pemasukan uang ke Nias karena orang luar bertangan ke
Nias karena daya tariknya berdasarkan cerita rakyat.
Pemuda
merupakan generasi dan tunas baru yang harus ditempah menjadi pemimpin masa
depan yang mempunyai kekuatan yang dianologikan seperti kekuatan moran Laowömaru yakni tangguh di segala bidang. Tidak diragukan
bahkan memiliki etos kerja yang mandiri dan bisa diandalkan. Kita diberi beban
menjaga bangsa ini, menjadi makmur dan sejahtera sehingga pada masa depan yang
akan datang bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan intelektual.
Wajar
bila kita bermimpi seperti Laowömaru yang memiliki kekuatan magik (Ȏba). Itu adalah pemberian Tuhan yang
Ilahi. Mengubah dunia seharusnya terlebih dulu kita mengubah diri sendiri, baru
kepada keluarga, dan menuju pada masyakat. Cita-cita merupakan setinggi langit
dan tidak bisa dipungkiri kemana arahnya. Oleh karena, semua itu merupakan
pemberian yang kuasa dan kita hanya menerimanya sebagai mana manusia yang
menumpang hidup di dunia ini.
RUJUKAN
Danandjaja,
James. Folklor Indonesia Ilmu Gosip,
Dongeng, dan lain-lain. cet. 1, 1984
Grafiti Pers.
Emir, Rohman Saifur. Teori dan Pengajaran
Sastra. 2015. Jakarta: Raja Grafindo.
Poerdarminta.Kamus Umum Bahasa Indonesia. 1976. Balai Pustaka, Jakarta.
Rafiek. Teori Sastra. 2010.
Malang: Refika Aditama.
Sibarani,
Robert. 2009. Kearifan Lokal :Hakekat
Peran Metode Penelitian Tradisi Lisan.Jakarta:ATL.
Siswanto, Wahyuni. Pengantar Teori
Sastra. 2013 Malang: Aditya Media
Wahyuni, Ritri. Kitab Lengkap Puisi,
Prosa, dan Pantun Lama. 2014. Jakarta: Saufa.
Zalukhu, Sukawati. 2011. Laowömaru Edisi Li Niha. Nias: Yayasan Gema Budaya Nias.
Zebua, A. Perihal Nias, unpublished, 1978.
WEB
Http://Www.niasonline.net /2009/02/06-faktor-faktor-penyebab-keterbelakangan-dan-kemiskinan-masyarakat-nias.diakses April 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar